Tangerang Selatan – Bencana datang dan pergi silih berganti. Kabar duka menyelimuti masyarakat Lumajang, Jawa Timur pada akhir tahun 2021 lalu. Erupsi gunung semeru seolah tak pernah diperkirakan akan terjadi oleh masyarakat setempat. Guguran awan panas hingga banjir lahar dingin meluluhlantahkan ratusan bangunan dan merenggut nyawa sejumlah warga bahkan hewan ternak.
Dua bulan pasca diterjang lahar Semeru, kehidupan masyarakat mulai terlihat membaik. Setiap pagi atau sore, para pengungsi menengok rumah mereka dan membersihkan sebisanya. Kondisi terkini mengenai pembangunan hunian tetap dan perbaikan infrastruktur tengah gencar dilaksanakan pada beberapa titik.
Relawan dari berbagai daerah pun turut berdatangan memberikan bantuan baik secara materi maupun non-materi, termasuk relawan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Aqsha terjun langsung menuju kecamatan Candipuro. Lumajang untuk menyalurkan bantuan pembangunan hunian tetap korban erupsi Semeru pada Kamis (03/02/2022).
Salah satu penerima bantuan ini adalah Supangat dan istrinya, Fatimah. Mereka adalah warga desa kamar kajang, bekerja sebagai penguruk pasir dengan penghasilan yang tidak menentu membuat mereka merasa bersyukur atas adanya bantuan pembangunan hunian tetap ini.
“Saat erupsi terjadi, semua berjalan begitu cepat, tebalnya abu vulkanik membuat suasana semakin mencekam. Kondisi rumah saya pasca kejadian rusak parah dan tidak layak huni akibat tertimbun abu vulkanik. Berkat adanya bantuan ini saya dan keluarga merasa sangat bersyukur.” Ujar Supangat penuh rasa haru.
Informasi yang diperoleh dari warga sekitar, sampai saat ini korban meninggal dunia masih terus bertambah. Pengakuan dari salah satu relawan asli Lumajang Siti Mahmudah mengatakan pada saat sedang bertugas mengantarkan makanan kepada para relawan, ia mencium aroma tidak sedap dari arah kumpulan mobil truk yang tertimbun abu vulkanik, setelah dilakukan penyelidikan ditemukan 17 mayat di bawah mobil tersebut.